BENARKAH DUKUNGAN KELUARGA DAPAT MEREDAKAN KECEMASAN PADA IBU HAMIL?

Penulis: Maisa Akmalia Putri dan Amelia Triananda (Mahasiswa magang dari Fakultas Psikologi Universitas YARSI)
Ditinjau secara medis oleh: dr. Kavin Ziyanulhaq (Dokter umum RS YARSI)


Kehamilan merupakan salah satu momentum perubahan besar seorang wanita karena dapat memberikan makna tertentu bagi diri dan status mereka. Namun, pada masa kehamilan, ibu hamil kerap merasakan kecemasan. Menurut Departemen Kesehatan (2008) terdapat sekitar 28.7% ibu hamil di Indonesia mengalami kecemasan, terutama ketika mendekati masa persalinan (Murdayah, et.al, 2021). Kecemasan sering kali dirasakan oleh ibu hamil karena pada masa kehamilan terdapat perubahan secara fisik maupun psikis.

Perubahan fisik yang umum dirasakan oleh ibu hamil adalah perubahan bentuk tubuh, rasa mual, mudah lelah, rasa nyeri pada pinggang, payudara, serta jari-jari tangan. Selain itu perubahan secara psikis yang biasa dirasakan oleh ibu hamil adalah perubahan emosi (mood) yang cukup drastis. Perubahan emosi adalah gejala umum yang sering dirasakan oleh ibu hamil. Hal tersebut terjadi karena pada masa kehamilan terdapat peningkatan hormon estrogen dan progesteron.

Umumnya rasa cemas merupakan hal yang wajar dirasakan oleh ibu hamil, terutama pada seorang ibu yang baru pertama kali merasakan kehamilan. Namun, apabila rasa cemas tersebut tidak segera ditangani, hal tersebut dapat memberikan dampak buruk kepada janin dan ibu hamil, diantaranya adalah hipertensi, pendarahan, dan ketidakstabilan emosi pada ibu (Sadock, 2007, Saragih, 2014 dalam Dewi, et.al, 2022), sedangkan dampak pada janin kemungkinan besar akan lahir dalam kondisi prematur, kurangnya berat badan, terjadi keterlambatan dalam motorik pada anak (Sadock, 2007 dalam Dewi, et.al, 2022). Perasaan cemas saat kehamilan juga dapat berlanjut pada ibu pasca melahirkan sehingga memunculkan keadaan baby blues. Baby blues merupakan kondisi dimana ibu merasa tidak senang, marah, cemas, serta putus asa pasca melahirkan. Kondisi ini biasanya berlangsung sekitar 2 minggu setelah kelahiran. Namun, apabila kondisi ini tidak mendapatkan penanganan yang baik maka kondisi baby blues pada ibu akan berlanjut pada tahap yang lebih berat, yaitu postpartum depression (depresi pasca kelahiran) yang mana hal tersebut lebih membahayakan ibu dan bayi.

Maka dari itu, dengan adanya perubahan yang signifikan pada ibu hamil, mereka memerlukan dukungan penuh dari keluarga terutama dari suami agar mereka dapat menjalankan masa kehamilannya hingga memasuki masa persalinan dengan baik. Hal ini sejalan dengan penelitian Jannah (2015) dalam Rinata et.al (2018) yang menjelaskan bahwa dukungan keluarga pada ibu hamil, terutama ibu hamil yang mulai memasuki masa persalinan dapat memberikan rasa nyaman, aman, dan dapat mengurangi rasa cemas yang dirasakan.

Pada dasarnya, kesejahteraan pada ibu hamil muncul karena terpenuhinya kebutuhan fisik maupun emosional yang diberikan oleh suami maupun kerabat. Adapun cara yang dapat dilakukan suami dan keluarga dalam memberikan dukungan pada ibu hamil antara lain:

  1. Turut serta membantu dalam mengurus urusan rumah tangga
  2. Berada dekat dengan ibu hamil untuk mendengarkan keluh kesah serta memberikan semangat pada ibu hamil
  3. Memonitor asupan gizi pada masa kehamilan
  4. Menciptakan lingkungan yang sehat dan menyenangkan untuk ibu hamil
  5. Memperhatikan waktu istirahat ibu hamil
  6. Mengajak ibu hamil melakukan aktivitas ringan seperti jalan ringan, yoga, atau dzikir bersama.

Di antara keenam dukungan di atas, terdapat hal yang sederhana namun tidak kalah penting yang bisa dilakukan oleh keluarga, yaitu menemani ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu bidan di RS YARSI ditemukan bahwa keluhan yang kerap disampaikan ibu hamil ketika sesi pemeriksaan kehamilan adalah kurangnya dukungan suami atau keluarga yang mana hal tersebut dapat berpengaruh terhadap suasana emosi ibu. Berdasarkan informasi tersebut, dapat dikatakan bahwa menemani ibu hamil melakukan kontrol kehamilan merupakan salah satu bentuk dukungan yang dapat memenuhi kebutuhan emosionalnya karena mereka merasa mendapatkan perhatian.

 

Referensi

Angelin, S. (n.d.). 6 cara suami mendukung istri saat hamil. Hello Sehat. https://hellosehat.com/kehamilan/kandungan/prenatal/6-cara-suami-mendukung-istri-saat-hamil/

Julian, T. (n.d.). 16 bentuk dukungan keluarga untuk ibu hamil berdasarkan kebutuhannya. The Asian Parent. Retrieved December 14, 2023, from https://id.theasianparent.com/dukungan-keluarga-untuk-ibu-hamil

Lindberg, Sara. (2023, October 9). What is perinatal depression? Symptoms and treatments for depression during pregnancy. Verywellmind. https://www.verywellmind.com/overview-perinatal-depression-4768491

Murdayah, Lilis, D. N., & Lovita, E. (2021). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada ibu bersalin. Jambura Journal of Health Sciences and Research, 3(1), 115–125. https://doi.org/10.35971/jjhsr.v3i1.8467

Rinata, E., & Andayani, G. A. (2018). Karakteristik ibu (usia, paritas, pendidikan) dan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hamil trimester III. Medisains, 16(1), 14. https://doi.org/10.30595/medisains.v16i1.2063